Rabu, 13 Juli 2022

BELAJAR KOK MERDEKA

Munculnya Kurikulum Merdeka yang digagas mas menteri Nadim Makarim menyentak sebagian lamunan. Lamunan panjang akan format pendidikan bangsa ini. Format Pendidikan yang terasa abstrak, rapuh dan tanpa arah. Mengapa ? Fenomena ganti menteri ganti kurikulum telah mentradisi dalam birokrasi kementerian Pendidikan kita.Tidaklah masuk dalam kategori pejabat yang kreatif, inovatif, dan "bekerja", bila tidak ada bagian dari semua aspek kependidikanan negeri ini yang dirubah. Bahkan hanya sekedar mengganti istilah, yang penting sudah kelihatan kreatif, inovatif dan "kerjanya". Mungkin juga hanya sekedar mengadopsi model pendidikan yang dianggap maju dan berhasil di suatu negara. Atau mencoba berusaha mendigitalisasi semua perangkat pendidikan sehingga terkesan modern dan sesuai zamannya. Semua upaya yang dilakukan oleh para menteri pendidikan yang telah menjabat dari mulai Indonesia berdiri sampai sekarang ini, dengan beragam ide kreatif dan inovasi yang dilakukannya, hanya sebatas kulit luarnya saja. Belum menyentuh bagian terdalam, core of the core, intinya inti ...kata pak Ndul, esensi pendidikan bagi segenap tumpah darah bangsa Indonesia. Yang pasti setiap kebijakan dalam bentuk perubahan kurikulum oleh para menteri pendidikan sampai dengan sekarang ini semoga mnerupakan bentuk ikhtiar mencari satu bentuk pendidikan khas Indonesia yang selaras dengan perkembangan zaman. Keselarasan pendidikan dengan perkembangan zaman telah jauh hari digaungkan oleh Islam. Lewat jargon "DIDIKLAH GENERASI MUDA ISLAM SESUAI DENGAN ZAMANNYA". Lanjut besuk lagi ya ......

Jumat, 02 November 2012

Sekolah Unggulan atau Sekolah Unggul?

Akhir-akhir ini semakin menjamur munculnya sekolah "unggulan atau unggul".Setiap menjelang berakhirnya tahun pelajaran, mulailah sekolah bergerak menawarkan sekolahnya dengan label "unggulan". Ada tapi sedikit yang melabelisasi dirinya dengan label "unggul". Sekolah Unggulan dan Sekolah Unggul. Di mana perbedaannya? Sekolah unggulan adalah sekolah yang memiliki program unggulan. Unggulan dimaksud berupa kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris, Bahasa Arab, Komputer, Nilai UN diatas 8.00, Pramuka,

Kamis, 01 November 2012

CIPRATAN

Setiap tiga bulan sekali para guru profesional menerima tunjangan profesi dari pemerintah. Bagi guru yang belum profesional ( selanjutnya kami sebut guru non profesional), mendapat juga ”cipratan” dari tunjangan profesi tersebut. Ada yang berasumsi bahwa uang ”cipratan” itu bentuk kedermawanan, sedekah, peweweh dari guru profesional. Setiap uang cipratan telah diberikan oleh guru profesional, saat itu juga perasaan merasa berhak mendapatkan cipratan dari guru non profesional membuncah. Rasa itu tidak salah, karena bangunan kebersamaan sudah semestinya disetting seperti itu. Hanya saja kadang muncul dari guru profesional yang memaknai cipratan dalam bingkai ”sedekah yang dipaksakan”, telah mengaburkan makna kebersamaan. Begitu juga guru non profesional yang memaknai cipratan sebagai hak kebersamaan, telah juga menciderai makna keluhuran ”cipratan”. Namanya saja cipratan, mesti tidak lebih gede dari yang akan dicipratkan. Tidak logis kalau sampai cipratan sebesar apa yang akan dicipratkan. Kalau cipratan sebesar apa yang akan dicipratkan namanya menguras, menghabiskan, mengosongkan, mendelet, mencut, kasarannya meludeskan atau meluluhlantakkan. Nah, disini akan ada yang merasa dizalimi, dianiaya, dikecengi, dikadali, dan rasa-rasa yang sangat menyakitkan lainnya. Kalau sampai ini terjadi, maka makna cipratan menjadi tercoreng. Karena sudah sangat melenceng jauh dari esensi cipratan. Begitu juga esensi cipratan akan luntur dari keluhuran maknanya bila cipratan dikerdilkan, dikecilkan sekecil-kecilnya, diminimkan seminim-minimnya. Bahkan kalau bisa diberangus. Sebab tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Di mana guru non profesional penerima cipratan dipandang tega meminum keringat temannya sendiri. Duduk ongkang-ongkang tetap terima uang tanpa keluar keringat sedikitpun. Dari dua sudut asumsi yang berkembang kadang menjadi kerikil yang mengganggu kebersamaan. Bagi yang sudah tidak mempersoalkan keberadaan cipratan, kerikil itu bias adanya. Bagi yang masih mempersoalkan keberadaan cipratan, kerikil itu mengganjal perasaan. Kalau sudah begini, apa yang seharusnya dilakukan agar makna cipratan menduduki singgasanya secara terhormat? Banyak hal yang semestinya diperbincangkan bila kita mau mengurai sudut asumsi itu. Tetapi, kadang mengurai sesuatu tidak selalu harus diperbincangkan. Sebab esensi membincangkan kadang malah menjadi faktor pemandulan solusi. Solusi yang mungkin saja bisa dilakukan untuk mengurai sudut asumsi tersebut paling tidak ada dua. Pertama, redefinisi makna dan esensi cipratan kaitannya dengan keprofesionalan dan kebersamaan guru dalam kesisteman. Kedua, menata ulang modal keikhlasan dan keqonaahan yang telah ada terpatri dalam diri guru agar lebih leluasa memaknai cipratan. (mam)

Rabu, 06 Juni 2012

MUDAHNYA MEMBUAT PEMBELAJARAN MENYENANGKAN

Siang itu setelah keluar dari kelasnya, Ara putriku dengan girangnya bercerita. Kamis depan dia akan jadi domba-dombaan. Dengan penasaran aku bertanya, mengapa dia jadi domba-dombaan. Sambil duduk di hadapanku, Ara melanjutkan ceritanya. Tadi di kelasnya waktu pelajaran Akidah Akhlaq, bu Navi’ guru agamanya mengajarkan materi kejujuran. Hari ini semua siswa dikelompok-kelompokkan. Besuk Kamis minggu depan, setiap kelompok yang terdiri dari delapan anak akan memainkan peran dengan bermain sosiodrama. Setiap kelompok, 3 anak berperan menjadi domba-dombaan, 3 anak menjadi warga desa, 1 anak menjadi penggembala dan yang 1 anak menjadi srigala. Mereka akan memainkan cerita ” Penggembala Domba Sang Pembohong”. Masih panjang cerita Moufya Fattan Ghifara yang biasa dipanggil Ara. Putriku yang sedang duduk di kelas II SDIT Assalamah Ungaran. Selama bercerita aku tangkap suasana batin putriku diliputi penuh kegembiraan. Ekspresi wajahnya ceria, gerak tubuhnya rilek tanpa beban dan senyumnya terus mengembang. Saking gembiranya dia menceritakan “sosiodrama” yang akan dimainkannya berulang-ulang. Dia minta aku menonton saat sosiodrama itu dimainkan bersama kelompoknya. Bahkan berpesan jangan sampai aku lupa menontonnya. Dua hari sebelum sosiodrama itu berlangsung, Ara bercerita kalau teman-temannya senang dan menunggu-nunggu waktu pelajaran Akidah Akhlaq. Sosiodrama sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga hasrat siswa begitu menggebu. Apa yang di maksud dengan sosiodrama? Istilah sosiodrama biasa juga dikatakan sebagai bermain peranan (role playing). Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Oleh karena itu sosiodrama ataupun role playing juga di sebut metode dramatisasi. (http//alhafizh84.wordpress.com) Penggunaan metode sosiodrama sangat efektif dalam memberikan gambaran secara nyata pada diri siswa. Dengan dramatisasi siswa terlibat secara langsung, yakni dengan menjadi pemain suatu peranan. Disamping itu siswa juga menyaksikan langsung jalannya sosiodrama yang sedang dimainkan oleh kelompok lain. Misalnya sosiodrama cerita ”Malin Kundang” waktu pelajaran PKn. Tujuannya untuk memberikan gambaran nyata contoh anak yang durhaka. Contoh yang lain misalnya pada pelajaran SKI. Guru ingin menggambarkan kisah masuk Islamnya sahabat khalifah Abu Bakar. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui metode sosiodrma dan bermain peranan. Sebab siswa di samping mengetahui proses khalifah Abu Bakar masuk Islam, juga dapat menghayati ajaran dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut. Metode sosiodrama sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran yang: 1. Bertujuan untuk melatih, menanamkan pengertian dan perasaan seseorang, menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan 2. Di harapkan munculnya partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan 3. Di maksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak 4. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya 5. Bertujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya. Dari cerita putriku dan paparan di atas ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam pengelolaan pembelajaran: Pertama; Penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran merupakan salah satu metode yang menyenangkan siswa. Hal ini terlihat di mana bukan hanya saat sosiodrama dilaksanakan, akan tetapi sebelum sosiodrama dilaksanakan sudah ditunggu-tunggu oleh para siswa. Kedua; Metode sosiodrama sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif sangat efektif bila dipergunakan dengan tepat untuk menyampaikan materi pelajaran yang membutuhkan keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi Ketiga; Metode sosiodrama sangat membantu siswa dalam melatih keberanian, tanggungjawab, kekompakan dan kerjasama. Juga dapat melatih berbahasa dengan baik dan benar, mengasah bakat acting atau olah peran dan mengekspresikan kepribadian siswa. Sosiodrama merupakan satu dari sekian banyak metode pembelajaran kooperatif yang dapat dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode sosiodrama sangat efektif dan menyenangkan pembelajaran. Dengan modal “menyenangkan” ini, pastinya respon dan keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran – menyerap materi apa yang diajarkan – sangatlah besar. Bukankah suasana yang menyenangkan dan daya serap siswa yang tinggi itu yang menjadi dambaan siswa dan guru? Kalau begitu, ayo kita ciptakan sebanyak-banyaknya pembelajaran yang menyenangkan. Baik menggunakan metode sosiodrama atau metode yang lain. Mudah bukan ???? Gedawang, 5 Juni 2012

Kamis, 24 November 2011

SI BAKHIL BERSEDEKAH

Kata sedekah dalam bahasa Arab “ sodaqoh” yang berarti pemberian kepada orang lain tanpa dibatasi waktu dan jumlah. Tujuan sedekah semata-mata untuk beribadah mendekatkan diri pada Allah.
Banyak sekali perintah bersedekah dalam al Qur’an. Walau tidak memakai kata “ sodaqoh “ , namun yang dimaksud adalah bersedekah sebagaimana pengertian di atas. Coba perhatikan QS. Al Isra’ ayat 29 sebagai berikut :
ولا تجعل يدك مغلولة الى عنوفك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسورا

Artinya : “ Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan ( pula ) engkau terlalu mengulurkannya ( sangat pemurah ) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal“.
Ayat al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 29 di atas merupakan ayat yang berisi perintah untuk bersedekah, tapi tidak kita temukan satupun kata sodaqoh. Perintah bersedekah dengan indah diilustrasikan dengan menggunakan kalimat kiasan :
1. Jangan jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
Tangan terbelenggu oleh lehernya sendiri maksudnya adalah kedua tangan dalam keadaan saling berpegangan erat dan diangkat melingkari leher. Telapak tangan menghadap dan menempel dengan leher, sehingga menutupi bagian leher yang dipegangnya.
Gambaran orang yang meletakkan tangannya terbelenggu pada lehernya sendiri menandakan kalau orang tersebut tidak mau membuka tangannya untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, artinya bakhil atau kikir.
Kalimat kiasan di atas mengajarkan kepada setiap mukmin jangan sampai memiliki sifat bakhil atau kikir.
2. Jangan terlalu mengulurkan (tangan)mu
Mengulurkan tangan terlalu panjang artinya terlalu gampang memberikan apa yang dimilikinya. Bahasa gaulnya terlalu tajir atau royal. Bahasa Jawanya brah-breh.
Mengapa terlalu tajir dilarang oleh Allah? Tajir di sini maksudnya pemurah dengan banyak bersedekah kepada orang lain, hanya saja ada maksud lain dari sedekahnya itu. Menarik simpati dengan sedekahnya agar dikatakan sebagai dermawan. Sedangkan keluarganya sendiri terlantar hidup dalam kekurangan.
Dari dua kalimat kiasan yang terdapat pada Surat Al Isra’ ayat 29 tersebut di atas memberikan tuntunan yang jelas jalan yang terbaik bagi orang mukmin untuk mengeluarkan sedekah.
Pertama, orang mukmin dilarang memiliki sifat bakhil atau kikir. Sifat bakhil atau kikir yang tumbuh dalam diri seseorang sangat menyenangkan diri iblis. Iblis bergembira ria bila dalam diri seseorang telah tumbuh rasa takut fakir sehingga menghalanginya untuk bersedekah. Sedangkan bersedekah dalam keadaan sehat dan kikir sangatlah besar pahalanya sebagaimana sabda Rosulullah Muhammad Saw:

Artinya :Rosulullah Saw. ditanya, “ Sedekah apa yang paling besar pahalanya?” Rosulullah menjawab, “ Kamu bersedekah pada waktu sehat dan kikir; takut fakir dan ingin kaya. Janganlah engkau tunda sedekah hingga ruh telah sampai tenggorokanmu, lalu engkau berkata, “ Untuk si fulan sekian, dan si fulan sekian, ‘ingatlah harta tersebut telah menjadi milik ahli warisnya.” (HR. Abu Hurairah)

Hadis tersebut mengajarkan cara bersedekah yang utama, yaitu saat raga masih sehat keluarkan sedekah semampunya, jangan menunggu sampai ajal menjelang. Hingga tidak sempat sedekah dikeluarkan, yang ada hanyalah penyesalan. Begitu juga saat diri kita diliputi sifat kikir dan enggan bersedekah karena takut menjadi fakir, kuatkan tekad untuk terus bersedekah. Yakinlah, tidak akan menjadi fakir mukmin yang suka bersedekah.
Kekikiran yang diilustrasikan bagai tangan terbelenggu pada leher harus dikebiri. Kekikiran menyebabkan celaan setiap orang. Si bakhil, gambir, pahit, brotowali dan julukan lain yang tidak baik dilabelkan kepadanya. Kebakhilan akan menyebabkan keengganan para tetangga bergaul dengannya. Tetangga, kerabat, relasi dan masyarakat lain tidak akan berempati kepadanya kala si bakhil terkena musibah. Di akherat Allah Swt. telah menjanjikan siksa yang pedih baginya.
Kedua, mengeluarkan sedekah harus melalui mekanisnya yang sesuai ajaran Islam. Sebagaimana diilustrasikan pada kalimat kiasan kedua, penguluran tangan dimaksud berkaitan dengan skala perioritas penerima. Penerima sedekah yang paling utama adalah kerabat dekat. Jangan berikan pada orang lain, kalau kerabat dekat masih ada yang membutuhkan. Terlalu gampang dan berlebihan bersedekah kepada orang lain sementara kerabat dekatnya hidup dalam kekurangan bukan cermin sikap seorang mukmin.
Rosulullah Muhammad Saw. pernah memberi teladan dengan menyuruh Abu Thalhah, seorang Anshor yang paling kaya di Madinah mensedekahkan kebun kesayangannya Bairaha kepada kerabat terdekat saja dari pada kepada orang lain.
Sudahkan anda bersedekah hari ini ??

Gedawang, 17 Nopember 2011

Rabu, 23 November 2011

SI BOB DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA

Salah satu film kartun yang sampai dengan sekarang masih terus dapat apresiasi dari anak-anak adalah film kartun Spongebob Squarepant. Film kartun ini menjadi salah satu tontonan wajib bagi mereka. Dari kekocakan, kekonyolan dan keluguan tokoh Bob yang bentuk badannya berupa spon kuning bercelana kotak, yang pasti telah menguras habis minat mereka untuk terus menontonnya.
Film kartun Spongebob Squarepant bercerita tentang seorang bocah bernama Bob yang memiliki jiwa sosial yang sangat besar terhadap rekan-rekannya. Gambaran diri Bob sesuai dengan spon yang sangat banyak manfaatnya. Salah satu manfaatnya yaitu untuk mengeringkan sesuatu yang basah terkena cairan. Kemampuan mengeringkan yang dimilikinya si Bob karena dirinya terbuat dari bahan yang berdaya serap. Dari sisi daya serap si Bob inilah, penulis terinspirasi mencoba menjadikannya sebagai sumber ide pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru..
Kita tahu bahwa dalam setiap pembelajaran terbagi atas dua aktivitas, yaitu belajar dan mengajar. Aktifitas belajar dan mengajar adalah dua aktifitas yang berbeda.. Belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam menerima, memahami materi dari guru. Sedangkan mengajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer, menuangkan, memberikan, menyampaikan materi kepada siswanya.
Aktifitas belajar siswa berupa menyerap ilmu bagaikan si Bob si spon menyerap air. Seberapa banyak si Bob itu dapat menyerap air, tergantung seberapa kuat daya serap yang dimiliki oleh spon tersebut. Daya serap spon tergantung dari bahan dasar pembuat spon. Setiap spon memiliki kualitas dan daya serap yang berbeda-beda. Ada yang berdaya serap sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Begitu juga dengan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan guru dalam sebuah pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa berbanding lurus dengan daya serap hasil belajarnya. Bila aktivitas belajar siswa disusun dan direalisasikan guru match dengan modalitas dan gaya belajar siswa, maka sangat optimal sekali hasil belajar yang diperolehnya. Sebaliknya, bila bagian terbesar dari aktivitas belajar siswa berupa tumpukan orasi pemberitahuan layaknya iklan tanpa makna, maka bagaimana mungkin siswa dapat menyerapnya secara optimal. Sebab yang terjadi adalah kebosanan, keengganan dan kadang kemuakan atas apa yang semestinya mereka "belajar" terhadapnya.
Kualitas mengajar guru sangat ditentukan oleh besaran daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Semakin besar daya serap siswa menunjukkan semakin berkualitasnya sebuah pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah daya serap siswa menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran. Bagaimana caranya agar pembelajaran berkualitas bagaikan spon berdaya serap tinggi ?
Untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang berkualitas, ada beberapa hal yang harus dilakukan :
1. Mempersiapkan Rencana Pembelajaran (RP)
Setiap pembelajaran harus dibuatkan perencanaan. Tanpa perencanaan maka pembelajaran tidak mempunyai arah yang jelas. Dengan perencanaan, guru mempunyai ruang yang sangat luas menuangkan ide-ide kreatifnya menyusun Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM).
2. Melakukan Pengelolaan Pembelajaran
Pembelajaran dikelola dengan memperhatikan terpenuhinya unsur-unsur dalam PAIKEM. Dimana aktifitas siswa dan tempat pembelajaran disesuaikan dengan strategi, pendekatan atau metode pembelajaran. Juga lebih banyak mempergunakan beragam alat peraga untuk membantu penyampaian materi kepada siswa.
3. Melakukan Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Penilaian dan Evaluasi dilakukan untuk memenuhi tuntutan indikator dan mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Melaksanakan Feed Back
Bahan untuk melakukan Feed Back bisa berasal dari penilaian pribadi guru, masukan siswa, teman guru atau dari hasil observasi/supervisi kepala sekolah.
Empat hal di atas bila dilakukan oleh para guru, memungkinkan terciptanya pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas sangat bermakna bagi para siswa. Dimana ketika guru masuk ke kelas untuk mengajar, siswa benar-benar belajar. Berikan mereka pembelajaran yang bermakna, bagaikan spon kering berkualitas yang berdaya serap tinggi. Selamat mencoba, Bob ! E..pak dan bu !!

TATA TERTIB

Bu Rus begitu dia biasa dipanggil siswa-siswi di sekolahannya. Sebuah Sekolah Dasar Swasta Favorit di bawah naungan sebuah Yayasan besar di Semarang. Nama lengkapnya Rusmayati. Usianya 40 tahunan. Suaminya pak Sabar Narimo seorang kepala bengkel mobil terkenal. Mereka memiliki dua anak, si sulung Adam kelas 8 SMP dan adiknya Fera masih duduk di kelas 4 SD.
Tidak seperti biasanya, sejak kemarin sore setelah pulang dari SD tempat kerjanya, bu Rus terus uring-uringan. Semua serba salah. Suaminya yang baru saja datang dari tempat kerja dibiarkan saja. Tumben sore itu bu Rus tidak menyambut suaminya dengan segelas teh hangat. Perjalanannya lancar pa? Sapaan mesra itupun tidak dilakukannya. Segelas teh hangat dan sapaan mesra serta cium tangan menyambut kedatangan suami tercintanya itu sudah dilakukannya rutin sejak menikah dengan pak Sabar 16 tahun yang lalu.
Pak Sabar yang sudah hafal watak istrinya hanya diam saja. Tanpa omong sepatah katapun pak Sabar langsung masuk kamar mandi. Sementara itu bu Rus memanggil Fera agar masuk rumah. Fera yang sedang main sepeda di halaman rumah tetangga cepat-cepat menghentikan main sepedanya.
“ Nok, cepat mandi sana. Ikut mama ke ADA nggak ?”
“ Ikut ma !” sahut Fera kegirangan. ADA merupakan sebuah nama Mal tepatnya di jalan Setiabudi Semarang. Boleh dibilang Mal terbesar dan terlengkap dan paling dekat dari rumah bu Rus.
Setelah pak Sabar keluar dari kamar mandi, sambil menyisir rambut keritingnya bu Rus dengan sedikit merajuk mengajak pak Sabar ke ADA.
“ Pa, sore ini kita ke ADA ya?”
“ Ya,” jawab pak Sabar.
Tidak mau tahu untuk apa pergi ke ADA, pak Sabar cepat-cepat berganti pakaian. Kaos berkerah warna merah maron dan celana panjang merk Cardinal warna hitam dikenakannya. Setelah mengambil kunci mobil Toyota Avanza di laci meja kerjanya, pak Sabar bergegas ke garasi dan menghidupkan mesin mobilnya.
Sambil menggandeng tangan Fera bu Rus keluar dari pintu samping menuju garasi mobil. Setelah mengunci pintu, bu Rus membuka pintu mobil dan menyuruh Fera masuk.
“ Nanti selesai mama belanja kita makan-makan di Mc Donald ya, Pa?”
Ha ..ada apa gerangan. Pak Sabar menangkap gelagat yang tidak enak. Ah biarlah, paling istrinya sedang ada masalah dengan keadaan bu Sum, pikir pak Sabar. Apalagi sudah beberapa kali dalam minggu ini istrinya bercerita kalau bu Sum bagaikan artis ibu kota. Bu Sum yang asli kelahiran satu desa dengan bu Rus sekarang berubah. Setelah suaminya menjadi anggota DPRD, penampilan bu Sum berubah 180 derajat. Sekarang bu Sum mengikuti program perawatan diri. Mukanya dipoles zat pemutih kulit, alisnya ditata. Manicure, padicure, SPA, lulur, facial, detox wajah, hair spa, mandi susu, dan program perawatan diri yang lain. Bu Sum sekarang kinclong pa, begitu laporan bu Rus dengan nada iri. Apa karena bu Sum semakin kinclong yang membuat istriku marah-marah, batin pak Sabar. Kan sudah dua minggu ini istrinya juga telah ikut program perawatan diri di salon kecantikan yang sama dengan bu Sum.
“ Pa, di bengkel papa ada tata tertib untuk para montir ?” Belum sempat pak Sabar menjawab, bu Rus sudah ngomong lagi.
“ Aku heran pa, apa maunya si Kamdi itu. Baru terima SK seminggu sudah buat aturan macam-macam, katanya sih tata tertib.”
“ Pak Kamdi, itu kepala sekolah mama kan ? Masak mama panggil si?” timpal pak Sabar coba luruskan.
“ Lha kalau mau dihormati ya harus menghormati orang pa!”
“ Maksud mama pak Kamdi tidak menghormati mama?”
“ Iya to pa, masak sekarang semua guru harus datang pukul 06.30. Itu namanya tidak menghargai bagaimana kesibukan para istri. Dia kan punya istri juga, Pa!”
“ Tinggal ngatur ulang waktu saja, Ma. Kalau biasanya mama berangkat pukul 06.45 ya sekarang berangkat lebih awal.”
“ Kalau berangkat lebih awal mama bisa pa. Yang jadi masalah bagi mama, sesampai di sekolah masih ada apel pagi. Kemudian diakhir bulan diumumkan 10 besar guru yang paling rajin berangkat sebelum pukul 06.30. Apa kalau guru berangkat lebih awal menjamin kalau guru tersebut lebih berprestasi??
Walah ternyata istrinya uring-uringan terus karena adanya Tata Tertib baru yang dibuat pak Sukamdi, M.Pd. kepala sekolah pengganti bu Kamila.
“ Ya sudah ma, wong hanya disuruh datang pukul 06.30 aja kok protes. Sejak dulu kan jam masuk guru memang pukul 06.30 ? Dengan datang lebih awal mama bisa menyambut siswa-siswi. Mama punya waktu membuat persiapan mengajar. Selama ini papa amati mama tidak pernah membuat rencana pembelajaran. Pak Kamdi membuat tata tertib seperti itu pasti dengan tujuan yang baik,” jawab pak Sabar coba memberi pengertian.
“ Mama tahu pa, tapi kan nggak harus begitu. Yang penting kan sebelum bel masuk berbunyi, mama sudah datang!” bantah bu Rus tidak mau kalah.
“ Kalau mama datangnya mepet dengan bel masuk, mama tidak punya waktu untuk mempersiapkan pembelajaran. Tanpa persiapan, dalam mengajar mama pasti temukan kekurangan.”
“ Yang penting kan mama mengajarkan yang ada di buku pa. Mama tidak pernah ngarang-ngarang materi. Tugas mama kan menjelaskan. Kalau sudah mama jelaskan dan siswa mama tanya sudah bisa, kurang apa lagi?”
“Maksud papa, kalau mama mengajar tanpa menyusun perencanaan pembelajaran, namanya apa ma, RP ya, nah mama hanya menjelaskan alias ceramah saja ma,” balas pak Sabar yang juga lulusan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan sama dengan bu Rus.
“ Alah papa ini, ngapain susah-susah menyusun RP segala. Waktu untuk mengajar saja sudah habis. RP itu kan teori waktu kita kuliah. Di sekolah mama tidak ada guru yang membuat RP. Kata mereka, buat apa susah-susah buat RP, yang penting kan mengajarnya. Anak-anak yang kita ajar juga tidak pernah protes. Nilai ulangan mereka bagus-bagus. Kita kan sarjana pendidikan, punya akta IV, guru professional lagi. Kan sudah lulus sertifikasi.”
“ Ya sudah, ya sudah ma. Mama ini apa to kok makin ngelantur.”
Perbincangan berhenti ketika mobil Avanza mereka masuk di area parkir mal. Ketika bu Rus dan Fera asyik memilih-milih barang, pak Sabar duduk di trotoar depan ATM BNI 46. Sambil minum Yasmin teh yang dibelinya dari sebelah timur ATM BNI 46, pak Sabar mencoba menerka-nerka alasan pak Kamdi membuat tata tertib. Namanya saja tata tertib, pastinya untuk menata dan menertibkan. Menata dan menertibkan ujungnya adalah memperbaiki. Memperbaiki kan hal yang baik, pikirnya.
Montirku sayang, tunggu tata tertib dariku !?

Gedawang, 11 Nopember 2011.